Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan
Setiap
organisme, baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia pasti akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan.
Adanya
pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu ciri bahwa organisme tersebut
dapat dikatakan sebagai organisme hidup dan hal tersebutlah salah satu pembeda
antara makhluk hidup dengan makhluk tidak hidup.
Pertumbuhan dan
Perkembangan Pada Tumbuhan
Pertumbuhan adalah
pertambahan ukuran, baik itu volume, bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma,
maupun tingkat kerumitan lainnya yang terdapat didalam tubuh suatu organisme.
Perkembangan adalah
proses perubahan bentuk suatu organisme menuju kedewasaan yang ditandai dengan
mulai berfungsinya alat-alat perkembangbiakan yang ada pada organisme yang
mengalami perkembangan.
Perkembangan
disebut juga dengan morfologis (bahasa Yunani, morpho =
bentuk, genesis = asal), perkembangan tidak dapatkan diukur karena
perkembangan bukan termasuk besaran yang memiliki ukuran.
Semua
ciri-ciri pertumbuhan tersebut bisa diukur, untuk mengetahui adanya pertumbuhan
pada tumbuhan kita bisa mengukurnya dengan cara mengukur tinggi batang,
diameter batang, dan luas daun.
Pertumbuhan
pada tumbuhan data diukur dengan menggunakan alat busur pertumbuhan
(auksanometer).
Pertumbuhan
hanya berlangsung di bagian-bagian tertentu yang menghasilkan sel-sel meristem
yang aktif, membelah, sepeti ujung akar, ujung tunas, dan kambium pembuluh
Pertumbuhan yang
terjadi terus-menerus pada tumbuhan disebabkan karena adanya
Jaringan meristem, jaringan ini selalu melakukan pembelahan membentuk
sel-sel dan jaringan baru.
Jaringan
meristem sendiri bisa dijumpai selama masa hidup tumbuhan. Meristem yang
terdapat pada kuncup terminal, kuncup aksilar, serta ujung akar
disebut meristem aplikal.
Meristem aplikal
disebut juga meristem meristem primer. Pembelahan sel yang terjadi pada
meristem aplikal ini menghasilkan sel-sel baru yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan memanjang pada tumbuhan jaringan meristem aplikal pada tumbuhan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pertumbuhan pada tumbuhan bisa
dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi sebagai
hasil pembelahan sel-sel meristem aplikal. Pertumbuhan primer sendiri terjadi
pada embrio dan pada bagian-bagian ujung dari tumbuhan seperti ujung akar dan
ujung batang.
Daerah
pertumbuhan pada akar dan batang dapat dibedakan menjadi tiga daerah
berdasarkan aktivitasnya, yaitu daerah pembelahan, daerah pemanjangan dan
daerah diferensiasi.
Daerah
pembelahan adalah daerah yang didalamnya berisi sel-sel meristem yang aktif
membelah. Daerah pemanjangan berada di belakang daerah pembelahan. Bagian
belakang dari Daerah pertumbuhan adalah daerah diferensiasi .
Sel-sel tersebut
mengalami diferensiasi membentuk akar atau daun muda dan tunas lateral yang
akan berkembang menjadi batang.
Untuk lebih jelasnya mengenai pertumbuhan primer dapatkan dilihat pada Gambar dibawah ini:
Untuk lebih jelasnya mengenai pertumbuhan primer dapatkan dilihat pada Gambar dibawah ini:
Lain halnya
dengan pertumbuhan primer dimana akar mempunyai pertumbuhan memanjang,
sedangkan pertumbuhan sekunder mempunyai arah pertumbuhan
melebar. Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas sel-sel meristem
sekunder, yaitu kambium dan kambium gaus ( flogen ).
Kambium sendiri
secara umum dijumpai pada akar dan batang tumbuhan dikotil. kambium akan
membelah kearah dalam membentuk xilem dan membelah kearah luar membentuk floem.
Kambium gabus
dapat ditemukan pada kulit batang tumbuhan. Kambium gabus kearah luar membentuk
gabus ( felem ) dan kearah dalam membentuk Jaringan gabus sekunder ( feloderm
).
Dengan adanya
jaringan gabus maka bagian dalam tanaman akan hidup terpisah dari udara luar
sehingga di perlukan adanya hubungan antara bagian dalam tumbuhan dengan udara
luar untuk menunjang berbagai macam proses kehidupan dalam tubuh tumbuhan.
Oleh Sebab itu,
dijumpai adanya lubang kecil yang disebut lentisel pada Jaringan gabus
batang. Jaringan gabus menggatikan epidermis sebagai jaringan pelindung.
Perhatikan pada
Gambar dibawah ini terlihat adanya pertumbuhan sekunder pada batang yang
membentuk kambium dan kambium gabus .
Pertumbuhan pada
tumbuhan data diamati pada pertumbuhan organ-organnya seperti biji, akar,
batang, daun, bunga, dan buah.
1.
Pertumbuhan pada Biji (Perkecambahan)
Pertumbuhan pada
tumbuhan spermatophyta (tumbuhan berbiji) diawali
dari biji. Biji memiliki tiga bagian, yaitu inti biji (nukleus seminis), tali pusar (foenikulus), dan kulit biji (spermodermis).
Pada inti biji
terdapat lembaga (embiro). Embrio memiliki tiga bagian penning, yaitu akar lembaga atau calon akar (radikula), dau lembaga (kotiledon), dan pucuk lembaga (plumula).
Cadangan makanan
bagi embrio tersimpan dalam daun
lembaga yang didalamnya terkandung beberapa enzim, amilum, dan protein. Tali pusar sering juga disebut
penggantung biji. Apabila biji telah tua maka maka tali pusar umumnya mengering
dan akhirnya terlepas.
Kulit biji
terdiri dari lapisan luar (testa) yang kuat dan lapisan dalam (tegmen) yang beruas selaput tipis
sehingga sering disebut kulit ari. Kulit biji berfungsi melindungi
bagian-bagian dalam biji seperti embrio dan kotiledon .
Biji dapat
mengalami masa tidak aktif atau dormansi yang diakibatkan ketiadaan air di dalam biji. Dormansi pada biji
bisa dilihat pada kulit biji keras yang menghalangi penyerapan air dan
oksigen.
Dormansi sangat
bermanfaat pada situasi yang tidak menguntungkan bagi biji seperte spasena
sangat dingin atau kekeringan. Pada kondisi tertentu yang kemungkinan biji
untuk tumbuh maka biji akan mengakhiri masa dormansinya yang Mulai berkecambah
(germinasi).
Perkecambahan
adalah suatu proses pertumbuhan embrio serta bagian-bagian biji lainnya yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru.
Tahap awal pada
proses perkecambahan dimulai pada saat biji menyerap air, penyerapan air atau
dikenal dengan imbibisi ini bisa terjadi melalui liang biji (mikrofil).
Penyerapan air merupakan tahap penting karena sebelumnya biji benar-benar
kering dengan kandungan air hanya sekitar 5-10% Biji telah menyerap air akan
membesar sehingga mengakibatkan robeknya kulit biji.
Adanya
peningkatan kadar air dalam biji memicu pengaktifan enzim-enzim dalam kotiledon
yang akan merombak cadangan makanan menjadi molekul-molekul sederhana yang
selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pertumbuhan pada embrio.
Gejala awal pada
proses perkecambahan secara umum dapat terlihat dari pembengkakan pada radikula
yang menyebabkan kulit biji robek dan kecambah mulai tumbuh.
Perkecambahan
biji dipengaruhi sejumlah faktor yang meliputi faktor internal dan faktor
external. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi perkecambahan biji
antara lain viabilitas biji. Viabilitas biji bisa menentukan kecepatan
perkecambahan.
Cadangan makanan
yang ada didalam biji dengan jumlah sedikit akan menghambat proses
perkecambahan.
Hormon yang
terkandung dalam biji dipengaruhi sejumlah faktor yang meliputi faktor internal
dan faktor external. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pada
perkecambahan biji antara lain ketersediaan air, oksigen, dan cahaya.
Air berfungsi
untuk melunakkan kulit biji dan melarutkan cadangan makanan sehingga kurangnya
ketersediaan air akan menghambat proses perkecambahan. Oksigen dibutuhkan
untuk proses oksidasi dan respirasi sampai dihasilkan energi yang diperlukan
untuk perkecambahan.
Secara umum,
cahaya akan memicu perkecambahan. Biji yang membutuhkan cahaya pada proses
perkecambahan disebut fotodorman.
Tipe
perkecambahan sendiri terbagi menjadi 2, yaitu perkecambahan epigeal dan
perkecambahan hipogeal. Pada proses perkecambahan epigeal, kotiledon dan pucuk
tunas terangkat sehingga pucuk tunas berada diatas permukaan tanah.
Misalnya
perkecambahan pada kacang tanah dan kacang buncis. Pada perkecambahan hipogeal,
bagian yang terangkat keatas permukaan tanah hanya pucuk tunas dna daun pertama
sedangkan kotiledon tetap berada didalam tanah.
Misalnya
perkecambahan pada jagung. Untuk lebih jelasnya mengenai perkecambahan epigeal
dan hipogeal bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
2.
Pertumbuhan pada Akar
Munculnya akar
lembaga atau kita kenal dengan radikula pada saat perkecambahan merupakan tanda
dimulainya pertumbuhan pada akar. Akar pada tumbuhan berbiji berasal dari
radikula.
Radikula akan
berkembang menjadi akar primer. Pada tumbuhan dikotil, akar primer akan terus
tumbuh dan berkembang sehingga menjadi akar tunggang yang bercabang-cabang
membentuk sistem akar tunggang.
Pada tumbuhan
monokotil, akar primer tereduksi sehingga akar tumbuh pada buku-buku batang
yang disebut akar serabut yang akan membentuk sistem homogen yang disebut
sistem akar serabut. Kedua sistem perakaran tersebut dapat kita lihat seperti
gambar dibawah ini:
Meristem apikal
pada akar memiliki dua fungsi, yaitu ke arah bawah membentuk tudung akar dan
kearah atas membentuk sel-sel untuk pertumbuhan primer seperti membentuk
kuncup. Sel tertua yang ada pada tudung akar terletak di bagian ujung.
Tudung akar akan
melindungi bagian meristem ketika akar menerobos tanah dan merupakan daerah
yang peka terhadap gravitasi. Tudung akar mengeluarkan lendir yang kaya akan
polisakarida yang disebut dengan musigel yang berfungsi untuk melumasi akar
saat menyelinap diantara partikel tanah.
Bersamaan dengan
tumbuhnya akar, musigel akan terus-menerus melumasi permukaan tudung akar yang
sel-selnya terus tumbuh menjadi dewasa. Musigel ini juga menjadi tempat
berkumpulnya mikroorganisme yang mungkin berpengaruh dalam pembentukan mikoriza
pada tumbuhan.
Sel yang
dihasilkan dari pembelahan meristem apikal akan berkembang menjadi jaringan
apidermis, jaringan korteks, jaringan endodermis, dan jaringan pembuluh.
Akar sendiri
tidak memiliki buku (nodus) dan ruas (internodus) sehingga tidak mendukung
tumbuhnya daun atau bagian-bagian lainnya. Warna akar tidak hijau, akan tetapi
memiliki pola keputihan hingga kekuningan.
Pertumbuhan
ujung akar lebih lambat dibandingkan dengan bagian batang. Akar memiliki ujung
yang berbentuk runcing sehingga memudahkan menembus tanah secara mekanik maupun
kimiawi.
Terdapat Teori
tentang titik tumbuh pada pertumbuhan tumbuhan yaitu Teori Hsitogen oleh
Hanstein yang menyatakan bahwa:
Titik tumbuh pada ujung akar terdiri dari tiga daerah, yaitu: Dermatogen, Priblem, dan Plerom
Dermatogen yang akan berubah menjadi
jaringan epidermis, Periblem yang akan menjadi korteks, dan Plerom yang akan berubah menjadi
silinder pusat.
3. Pertumbuhan pada batang
Pada batang yang
sedang mengalami pertumbuhan, daerah pembelahan sel letaknya lebih jauh dari
ujung dibandingkan dengan daerah pertumbuhan pada akar.
Awalnya,
pembelahan terjadi di seluruh bagian memanjang ruas muda. Kemudian, aktivitas
meristematik hanya terjadi di daerah dasar ruas tepat diatas buku (nodus).
Daerah meristem
berulang ini yang disebut meristem interkalar karena tersisip di daerah sel
yang lebih tua yang tidak lagi membelah. Setiap ruasnya terdiri dari sejumlah
sel tua pada bagian atas dan sel lebih muda yang berasal dari meristem
interkalar di dekat dasar.
Seperti pada
akar, meristem apikal pada batang ini juga berkembang sehingga membentuk tiga
silinder jaringan. Sel-sel dibawah zona pemanjangan sel terjadi diferensiasi
membentuk tiga jaringan, yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar, dan jaringan
pembuluh.
Schmidt
menyatakan bahwa titik pertumbuhan yang terjadi pada ujung batang dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu korpus dan tunika. Pernyataan tersebut dikenal dengan
teori Tunika Korpus.
Korpus adalah bagian pusat dari titik tumbuh. Daerah ini memiliki
area yang cukup luas dengan sel-sel yang relatif besar. Sel-sel daerah pada
korpus ini akan membelah secara tidak beraturan dan berubah menjadi
jaringan-jaringan.
Tunika sendiri
adalah merupakan bagian paling luar dari titik tumbuh yang terdiri dari satu
atau beberapa lapis sel dengan sel-sel yang relatif kecil dan mengalami
pembelahan ke samping.
Pertumbuhan
sekunder yang berasal dari kambium pada batang dapat membelah mengarah ke dua
arah, yaitu ke arah dalam akan berkembang menjadi xilem sekunder dan ke
arah luar berkembang menjadi floem sekunder. Pada Gambar dibawah ini diperlihatkan
pertumbuhan sekunder yang membentuk xilem sekunder dan floem sekunder.
pertumbuhan xilem sekunder dan floem
sekunder
Dengan adanya
pertambahan umur pada tumbuhan maka, batang akan terus tumbuh menempel akibat
adanya aktivitas kambium yang menghasilkan selapis demi selapis xilem sekunder.
Lapisan-lapisan
xilem sekunder yang dihasilkan setiap tahunnya pada akhirnya akan membentuk
cincin-cincin dan inilah pertumbuhan yang dikenal dengan lingkaran tahun.
Lingkaran tahun
tersebut juga sering digunakan untuk menduga umur suatu pohon, yaitu dengan
menghitung jumlah lingkarannya yang tampak jelas yang teletak pada potongan
melintang batang kayu.
4. Pertumbuhan pada Daun
Daun lembaga (kotiledon)
merupakan daun pertama yang tumbuh pada tumbuhan.Tanda awal akan adanya
pembentukan daun adalah munculnya tonjolan yang disebut bakal daun (primordia
daun) yang berada didekat permukaan meristem apeks.
Susunan daun
(filotaksis) pada tumbuhan adalah merupakan salah satu suatu ciri khas.
Perkembangan daun selanjutnya akan sangat beragam seperti diperlihatkan oleh
keragaman bentuk daun pada Gambar dibawah ini:
Pada tumbuhan
dikotil, pembelahan sel yang memulai pembentukan bakal daun biasanya akan
terjadi pada lapisan kedua atau ketiga dari permukaan meristem tepi.
Pada tumbuhan
monokotil, seringkali bakal daun tumbuh pada lapisan sel yang terletak
paling. Daun merupakan organ vegetatif pada tumbuhan yang biasanya
memiliki bentuk pipih bilateral, berwarna hijau, serta merupakan tempat
terjadinya proses fotosintesis.
Daun memiliki
bagian-bagian yang beranekaragam diantaranya berupa pangkal daun, pelepah daun,
tangkai daun, dan helaian daun.
5. Pertumbuhan pada Bunga dan Buah
Tujuan Tumbuhan
membentuk bunga, buah, dan biji adalah untuk pelestarian spesies dan melengkapi
daur hidupnya.
Bunga (flos)
merupakan salah satu modifikasi tunas yang mendukung bagian-bagiannya seperti
perhiasan bunga dan alat perkembangbiakan bunga yang merupakan modifikasi daun
dalam suatu susunan yang rapat.
Setelah terjadi
penyerbukan dan pembuahan, perhiasan bunga dan benang sari biasanya akan layu
lalu gugur yang diikuti dengan mengeringnya putik. Sebaliknya, bakal buah akan
mengalami pembesaran dan berkembang menjadi buah.
Buah (fructus)
adalah merupakan hasil perkembangan dari bakal buah (ovary) yang
terspesialisasi.
Buah berfungsi
untuk melindungi biji, membantu penyebaran biji, dan terkadang menjadi faktor
yang dapat menentukan pada proses perkecambahan biji.
Perkembangan
pada buah diinisiasi oleh proses fertilisasi yang dapat memacu perkembangan
dinding bakal buah.
Proses pembentukan buah dapat dilihat pada gambar dibawah:
Proses pembentukan buah dapat dilihat pada gambar dibawah:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan pada Tumbuhan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dibedakan menjadi
faktor intenal dan faktor external.
1. Faktor Internal
Faktor internal
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan meliputi
hereditas. hormon pada tumbuhan, kalin, maupun florigen.
a. Faktor hereditas
Gen-gen tertentu
di dalam sel bekerja pada waktu yang tepat untuk mengkodekan aktivitas dan
sifat yang khusus pada proses pertumbuhan dan perkembangan.
b. Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhan
adalah senyawa organik yang disintesis pada salah satu bagian tumbuhan dan
dipindahkan ke bagian lain yang pada konsentrasi sangat rendah mampu
menimbulkan suatu respons fisiologis. Hormon pada tumbuhan disebut juga
fitohormon.
Berdasarkan
fungsi fisiologisnya dikenal lima macam fitohormon. kelima macam fitohormon
tersebut dikelompokan lagi menjadi dua, yaitu hormon yang bersifat memicu
pertumbuhan dan perkembangan serta hormon yang memiliki sifat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Hormon yang dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan
Beberapa hormon
bisa memicu adanya pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, misalnya hormon
auksin, sitokinin, dan giberelin.
(A) Auksin
Auksin ditemukan pertama kali oleh Firts Went pada tahun 1926
pada bagian pucuk tumbuhan gandum Avena sativa yang sedang mengalami pertumbuhan.
Hormon auksin
kemudian disintesis pada bagian meristem apikal yang terletak pada ujung batanf
yang kemudian disebarkan keseluruh bagian tumbuhan dengan gerakan terpolarisasi
menuju satu arah.
Di alam dijumpai
beberapa jenis auksin seperti indole acetic acid (IAA = asam indol asetat),
phenyl acetic acid (4-kloro IAA), dan indole butyric acid (IBA = asam indole
butirat). Auksin yang berhasil disintesis antara lain napthalene acid (MCPA),
DAN 2,3 dichloro phenoxy acetic acid (2,4D). Ketiga senyawa tersebut tidak
dikelompokan sebagai hormon tumbuhan, tetapi dikelompokan kedalam zat pengatur
tumbuh (ZPT) pada tanaman.
Auksin dapat
mempengaruhi proses pemanjangan sel yang kemudian diikuti oleh tekanan turgor
di dalam sel untuk memperkuat dinding sel.
Fungsi auksin lainnya antara lain sebagai berikut:
Fungsi auksin lainnya antara lain sebagai berikut:
- Mempengaruhi pembentukan ada akar lateral dan
akar adventif, khususnya auksin IBA
- Mempengaruhi pertumbuhan tunas samping (tunas
lateral atau aksilar)
- Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk dapat
menghasilkan gas etilen
- Memicu perkembangan bunga dan buah
- Merangsang pembelahan kambium vaskuler
Pada tahap
reproduksi, IAA dapat ditemukan ada didalam serbuk sari, buah, dan biji. IAA
memiliki tanggung jawab terhadap dominansi apikal, yaitu pola pertumbuhan
dimana ujung puncak batang mencegah tumbuhnya tunas samping. Pengaruh auksin
yang menyebabkan dormansi apikal dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sitokinin
merupakan senyawa yang berasal dari adenin, suatu senyawa yang didalamnya
mengandung nitrogen. Pada tahun 1940-an Johannes van Overbeek menemukan
sitokinin didalam buah kelapa yang belum matang.
Berdasarkan
penelitian oleh Johannes van Overbeek, hormon ini memiliki peran dalam memicu
pembelahan sitoplasma (sitokinesis).
Sitokinin alami
seperti zeatin dan zeatin ribosida dihasilkan dari jaringan yang masih tumbuh
aktif terutama akar, embrio, dan buah jagung. Sitokinin yang disintesis pada
akarnya akan diangkut keatas melalui xilem menuju organ tumbuhan yang masih
muda. Sitokinin buatan antara lain adalah kinetin dan
benziladenin.
Sitokinin
memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai berikut:
- Memicu proses perkembangan kloroplas dan
sintesis klorofil
- Memicu pembelahan sel dan pembentukan organ
- Memicu perkembangan tunas samping pada
tumbuhan dikotil. Sitokinin di transportasikan dari akar menuju batang
yang mampu mengaktifkan pertumbuhan tunas-tunas samping sehingga tanaman
mempunyai cabang yang cukup banyak dan menjadi rimbun
- Membantu proses pembesaran sel-sel kotiledon
dan daun pada tumbuhan dikotil
- Menunda proses penuaan daun, bunga dan buah
dengan cara mengontrol proses kemunduran yang dapat menyebabkan adanya
kematian sel-sel pada tanaman.
(Giberelin)
Giberelin
memiliki sifat asam sehingga hal inilah yang menyebabkan giberelin disebut
sebagai asam giberalat atau biasa disingkat sebagai GA.
Hormon giberelin
pertama kali ditemukan oleh Eiichi Kurosawa yaitu pada tahun 1926. Awalnya
giberelin disintesis dari jamur Gibberella Fujikuroi.
Sampai saat ini
sudah ditemukan sekitar 110 jenis giberelin pada beberapa jenis jamur,
ganggang, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, maupun tumbuhan tingkat tinggi.
Giberelin bisa diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan
dikotil), ujung akar, daun muda, dan tunas.
Sebagian besar
giberelin yang diproduksi tumbuhan adalah berbentuk inaktif yang akan
membutuhkan prekursor (pemicu) untuk menjadi bentuk yang aktif. Asetil Ko-A
memiliki fungsi sebagai prekursor pada sintesis giberelin.
Kemampuannya
dalam meningkatkan pertumbuhan pada tanaman jauh lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh hormon auksin apabila diberikan secara tunggal.
Namun demikian,
pemberian hormon auksin dalam jumlah yang sangat kecil tetap dibutuhkan agar
hormon giberelin dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar
tumbuhan dikotil akan tumbuh jauh lebih cepat apabila diberi dengan giberelin,
misalnya tanaman kubis yang dapat tumbuh mencapai 2 meter jika diberikan
giberelin. Banyak tanaman yang secara genetik memiliki tubuh yang kerdil akan
tumbuh normal setelah diberikan giberelin.
Pengaruh
pemberian hormon giberelin pada tanaman yang kerdil dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini:
2) Hormon yang bersifat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
Hormon yang bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah asam absisat dan
gas etilen.
(a) Asam Absisat
Asam absisat
pertama kali dikenali dan dicirikan secara kimia oleh Frederick T. Addicott
pada tahun 1963 saat mempelajari senyawa yang menyebabkan gugurnya buah kapas.
Asam absisat
(ABA) memiliki kemampuan khusus untuk mendorong terjadinya perontokan (absisi)
pada tumbuhan. Hormon ini disintesis pada akar, batang, daun, dan buah yang
berwarna hijau.
Hormon ini juga
membantu melindungi tumbuhan dari keadaan kurang air, tanah bergaram, suhu
dingin maupun panas, serta cuaca yang beku.
ABA umumnya
ditemui pada tumbuhan yang berpembuluh, dan ditemukan juga pada beberapa jenis
tumbuhan lumut, ganggang hijau, dan cendawan. Fungsi hormon ABA lainnya antara
lain sebagai berikut:
(1) Membantu
proses embriogenesis serta pembentukan protein dalam biji.
(2) Menginduksi penutupan stomata.
(3) Mencegah proses perkecambahan atau pertumbuhan prematur pada biji beberapa jenis tumbuhan.
(4) Mengurangi kecepatan pada proses pembelahan dan pemanjangan sel bahkan dapat menghentikannya.
(5) Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk dapat menghasilkan gas etilen.
(2) Menginduksi penutupan stomata.
(3) Mencegah proses perkecambahan atau pertumbuhan prematur pada biji beberapa jenis tumbuhan.
(4) Mengurangi kecepatan pada proses pembelahan dan pemanjangan sel bahkan dapat menghentikannya.
(5) Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk dapat menghasilkan gas etilen.
(b) Gas Etilen
Etilen adalah
merupakan fitohormon berbentuk gas yang sangat mudah menguap R. Gane
membuktikan pada tahun 1934, bahwa etilen disintesis oleh tumbuhan dan akhirnya
menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat.
Semua bagian
dari tumbuhan Spermatophyta menghasilkan etilen. Hormon ini memiliki fungsi yaitu
menghambat pemanjangan akar dan batang serta bertanggung jawab terhadap
pematangan buah.
Jika buah yang
berwarna hijau diletakkan di suatu tempat yang tertutup rapat maka buah
tersebut akan jauh lebih cepat masak dibandingkan dalam keadaan normal.
Pematangan buah
merupakan suatu variasi dari adanya proses penuaan yang didalamnya melibatkan
perubahan amilum menjadi glukosa, pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan
membran sel yang dapat berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan
mengering.
Pematangan buah
sendiri distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antar
sel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari satu buah
ke buah yang lainnya.
Sebagai contoh,
sebuah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buahnya dalam satu wadah.
Buah akan matang jauh lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung
plastik yang menyebabkan gas etilen terakumulasi.
Pada kasus lain,
petani buah juuga menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami dengan
cara penyimpanan buah apel yang dialiri gas CO². Selain berfungsi menghambat
kerja etilen, gas CO² juga mampu mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini
buah apel yang akan dipanen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual
kembali pada musim panas berikutnya.
Peranan etilen
sendiri dalam memicu gugurnya daun jauh lebih banyak diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok maupun pengeringan daun.
Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya akan terlepas sendiri
dari batang.
Daerah yang
terpisah ini dapat disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang
tersusun dari sel-sel parenkim yang berukuran kecil dengan dinding sel yang
tipis dan lemah.
Setelah daun
tersebut rontok, maka daerah absisi akan membentuk luka pada batang. Sel-sel
yang mati akan menutupi luka untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap
serangan patogen.
Gas etilen mampu
berinteraksi dengan fitohormon lainnya untuk memicu respons pertumbuhan yang
cukup spesifik, misalnya interaksi antara etilen dan ABA bisa mengontrol adanya
kerontokan pada daun, interaksi antara etilen dan giberelin mampu mengontrol
rasio bunga jantan dan bunga betina pada tumbuhan berumah satu (monoecious)
(c) Kalin
Selain
fitohormon, pada tumbuhan juga terdapat salah satu hormon pertumbuhan organ
yang disebut dengan kalin, kalin sendiri terdiri dari rhizokalin, kaulokalin,
filokalin, dan anthokalin.
Rhizokalin
adalah hormon tumbuhan yang memiliki peran
mempengaruhi pertumbuhan akar, Kaulokalin
adalah hormon pada tumbuhan yang memiliki
peran mempengaruhi pertumbuhan pada batang, Filokalin adalah hormon tumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan daun, dan
Anthokalin adalah hormon pada tumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan bunga.
(d) Florigen
Florigen adalah
hormon tumbuhan yang memiliki peran khusus yaoti merangsang pembentukan bunga
sehingga kondisi ini merupakan suatu langkah untuk memicu tanaman mengadakan
fase generatif atau melakukan perkembangan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
antara lain unsur hara, suhu, kelembapan, dan cahaya.
A. Unsur hara
Unsur hara
sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
Apabila unsur hara tidak tersedia bagi suatu tanaman maka tanaman tersebut akan
menunjukkan gejala kekurangan (defisiensi) unsur tersebut dan pertumbuhan serta perkembangan akan
terhambat.
Unsur hara makro
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang cukup banyak, misalnya unsur C, H,
O, N, P, K, S, Ca, dan Mg. Unsur hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah
kadar yang sedikit, misalnya unsur Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, CI, dan Ni.
Karbon diambil
tumbuhan dalam bentuk CO², hidrogen diambil dalam bentuk H²O, sedangkan oksigen
sendiri diambil dalam bentuk CO², H²O, dan O². Unsur C, H, dan O merupakan
bagian penyusun utama makromolekul seperti karbohidrat, protein, lemak, dan
asam nukleat.
B. Suhu
Pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan sangatlah dipengaruhi oleh tekanan suhu. Setiap
organisme memiliki suhu minimum, suhu optimum, maupun suhu
maksimum. Dibawah suhu minimum, tumbuhan
tidak akan bisa tumbuh. Pada suhu optimum, tumbuhan memiliki laju pertumbuhan
yang paling tinggi dan cepat. Diatas suhu maksimum, tumbuhan tidak akan tumbuh
atau bahkan dapat mengalami kematian.
Pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jenis tumbuhan pada umumnya menyesuaikan diri dengan suhu
lingkungan alaminya.
Vernalisasi adalah peningkatan perkecambahan atau penggabungan oleh tekanan suhu yang rendah. Istilah vernalisasi sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Trofim Denisovich Lysenko pada sekitar tahun 1920-an.
Vernalisasi adalah peningkatan perkecambahan atau penggabungan oleh tekanan suhu yang rendah. Istilah vernalisasi sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Trofim Denisovich Lysenko pada sekitar tahun 1920-an.
C. Kelembapan
Kelembapan tanah
dan kelembapan udara mempengaruhi pertumbuhan maupun perkembangan pada
tumbuhan. Tanah yang lembap dan udara yang kering dapat mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan karena semakin banyak larutan dari dalam tanah yang mampu
untuk diserap.
D. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang dibutuhkan
untuk dapat mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Cahaya
sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Pengendalian proses perkembangan oleh cahaya disebut fotomorfogenesis.
Beberapa efek
yang dapat disebabkan adanya fotomorfogenesis dapat dengan mudah diketahui yaitu dengan cara
membandingkan antara kecambah yang tumbuh pada tempat yang terang dengan
kecambah yang tumbuh di tempat yang gelap.
Kecambah yang
tumbuh di tempat gelap akan mengalami etiolasi (bahasa prancis, etioler yang
berarti adanya pertambahan pucat atau lemah pada tumbuhan).
Kemampuan suatu
organisme untuk dapat merespons adanya perubahan-perubahan waktu pencahayaan (fotoperiodik)
dapat kita kenal dengan fotoperiodisme.
Tumbuhan dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok apabila dihubungkan dengan kemampuan
fotoperiodisme yang mempengaruhi proses pembungaan, yaitu tumbuhan berhari
pendek, tumbuhan berhari panjang, dan tumbuhan berhari netral.
Tumbuhan berhari
pendek (short-day-plants) adalah tumbuhan yang dapat berbunga ketika periode
gelap jauh lebih lama daripada periode kritis pembungaan (lebih dari 12 jam),
misalnya bunga aster dan bunga dahlia.
Tumbuhan berhari
panjang (long day plants) adalah jenis tumbuhan yang mampu berbunga ketika
periode gelap lebih pendek daripada periode kritis pembungaan (kurang dari 12
jam), misalnya pada bayam, selada, dan tumbuhan Gramineae.
Tumbuhan berhari
netral adalah jenis tumbuhan yang dapat berbunga tanpa adanya pengaruh oleh periode
gelap, misalnya pada bunga matahari dan bunga mawar.
Agar suatu
cahaya mampu mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
maka tumbuhan harus mampu menyerap cahaya.
Pada tumbuhan
terdapat empat macam penerima cahaya yang dapat mempengaruhi proses fotomorfogenesis, yaitu fitokrom, kriptokrom, penerima cahaya UV-B, dan protoklorofilida.
1) Fitokrom
Fitokrom adalah merupakan jenis protein yang memiliki kemampuan
menyerap cahaya. Fitokrom dapat kita jumpai pada tumbuhan jenis Spermatophyta,
tumbuhan lumut, tumbuhan paku, serta beberapa jenis ganggang hijau, ganggang
merah, dan ganggang cokelat. Fitokrom pertama kali ditemukan oleh Sterling B.Hendriks pada
tahun 1952.
Fitokrom memiliki dua bentuk, yaitu fitokrom merah dan fitokrom
merah-panjang. Fitokrom merah (Pr) adalah fitokrom yang memiliki kemampuan
menyerap cahaya merah dengan panjang gelombang 660 nm.
Pr merupakan
bentuk inaktif (tidak aktif). Fitokrom inframerah (Pfr) adalah jenis
fitokrom yang mampu menyerap cahaya berwarna merah dengan panjang gelombang 730
nm.
Pfr merupakan
bentuk fitokrom aktif yang mampu untuk meningkatkan atau menghambat respons
waktu pada saat pencahayaan.
Fitokrom
inframerah mampu berubah menjadi fitokrom merah dalam kondisi gelap atau saat
matahari tenggelam.
Sebaliknya, fitokrom merah mampu berubah menjadi fitokrom inframerah pada saat matahari sedang terbit.
Sebaliknya, fitokrom merah mampu berubah menjadi fitokrom inframerah pada saat matahari sedang terbit.
Perubahan bentuk
kedua fitokrom tersebut merupakan salah satu faktor pengontrol jam biologi (biological clocks) pada tumbuhan.
2) Kriptokrom
Kriptokrom adalah kelompok pigmen yang memiliki
kemampuan menyerap cahaya biru dan panjang gelombang ultraviolet
sekitar 320-400 nm (UVA-A).
Dinamakan kriptokrom
karena memiliki peran yang penting pada tumbuhan tidak berbunga (kriptogram).
3) Penerima UV-B
Penerima UV-B merupakan bagian beberapa senyawa yang tidak dikenal,
bukan termasuk pigmen, yang memiliki kemampuan menyerap gelombang ultraviolet
sekitar 280-320 nm.
4) Protoklorofilida
Protoklorofilida merupakan salah satu pigmen yang mampu
menyerap cahaya merah dan biru. Protoklorofilida dapat tereduksi menjadi klorofil.
0 Comments